Proses Panjang Libatkan Teknologi dan Banyak Pertimbangan
Di balik setiap musim Premier League yang kita saksikan, tersimpan proses penjadwalan yang kompleks dan memakan waktu. Menyusun jadwal pertandingan bukan sekadar mencocokkan tanggal kosong dengan nama klub. Sebaliknya, kegiatan ini menuntut perencanaan matang yang bisa berlangsung hingga enam bulan.
Untuk melaksanakan tugas ini, Premier League menggandeng Atos, perusahaan teknologi asal Prancis yang bermarkas di pinggiran Paris. Melalui kerja sama intensif, Atos membantu menyusun jadwal kompetisi secara adil, efisien, dan tetap memperhatikan aspek keamanan.
Pertimbangan Kompleks dalam Proses Penjadwalan
Proses ini mempertimbangkan beragam faktor penting. Di antaranya adalah kalender pertandingan internasional, jadwal kompetisi Eropa, serta aspek logistik dan keamanan di masing-masing kota. Selain itu, klub juga memiliki kesempatan untuk mengajukan permintaan khusus yang dapat memengaruhi susunan jadwal mereka.
Sebagai langkah awal, tim penjadwal memasukkan berbagai data penting ke dalam sistem digital. Data ini mencakup tanggal turnamen internasional, pekan laga Eropa, serta jadwal dari liga-liga domestik lainnya. Dengan pendekatan ini, mereka berupaya menghindari tabrakan jadwal yang bisa merugikan banyak pihak.
Tidak hanya itu, faktor eksternal seperti kemampuan kepolisian dalam mengamankan laga serta jarak geografis antarstadion turut diperhitungkan. Misalnya, dua klub sekota seperti Liverpool dan Everton tidak boleh bertanding di kandang secara bersamaan pada akhir pekan, karena dapat membebani infrastruktur kota. Hal serupa juga berlaku di Manchester.
Penyesuaian Khusus di London dan Peran Sistem DigitalPREMIER LAUGU
Berbeda dari kota lain, aturan ini sedikit lebih fleksibel di London. Karena banyaknya klub Premier League yang berbasis di ibu kota, jadwal pertandingan kandang dan tandang diatur dengan sistem rotasi yang lebih longgar. Tujuannya tetap sama: menjaga kelancaran kompetisi.
Selain mempertimbangkan aspek umum, sistem juga mengakomodasi permintaan individual dari klub. Sebagai contoh, Manchester United kemungkinan meminta laga tandang pada akhir pekan 11 Oktober 2025, karena stadion mereka, Old Trafford, akan menjadi lokasi final Super League pada hari Sabtu itu.
Setelah semua data terkumpul, pihak penyusun jadwal menginput informasi tersebut ke dalam pairing grid—sebuah sistem yang secara otomatis menyusun jadwal kandang dan tandang secara merata sepanjang musim. Meskipun sistem ini bekerja cepat, hasil akhirnya tetap harus melalui verifikasi manual oleh tim gabungan dari Atos, Premier League, dan Football League.
Jika tim menemukan ketidaksesuaian, mereka akan melakukan penyesuaian hingga jadwal benar-benar memenuhi semua kriteria dan peraturan.
Tiga Aturan Utama Jadwal Kandang dan Tandang
Dalam penyusunan jadwal, Premier League menerapkan tiga aturan utama. Pertama, dalam lima pertandingan berturut-turut, klub hanya boleh memiliki maksimal tiga laga kandang dan dua laga tandang, atau sebaliknya. Kedua, tidak ada klub yang diizinkan memulai atau mengakhiri musim dengan dua laga kandang atau tandang berturut-turut. Ketiga, saat periode Boxing Day dan Tahun Baru, klub harus bermain secara bergantian antara kandang dan tandang untuk menjaga kondisi fisik pemain dan keadilan kompetisi.
Jadwal yang Terlihat Sederhana, tapi Penuh Strategi
Meskipun sekilas jadwal pertandingan tampak sederhana, kenyataannya proses penyusunannya sangat rumit. Bukan hanya teknologi yang terlibat, melainkan juga koordinasi antarlembaga dan diskusi dengan setiap klub.
Setiap tahun, tim dari Atos bersama Premier League harus mengolah ribuan data dan menyusunnya menjadi kalender kompetisi yang masuk akal serta dapat diterima oleh seluruh pemangku kepentingan. Oleh karena itu, tak mengherankan jika proses penyusunan jadwal ini dapat berlangsung hingga setengah tahun lamanya.